Kamis, 20 Mei 2010

Blessed Death

*Blessed Death

ThanatosMacaria
'Death' Macaria
rated T

oOo

Pria muda itu hanya duduk termangu.
Sembari memainkan harpa kecilnya, ia menatap kosong taman bunga milik Nyonya besar-nya di kerajaan dunia bawah itu.

Dirinya merindukan sosok yang dicintainya.
Sosok cantik yang menyukai alunan irama dari harpa abu-abu miliknya.
Sosok yang tidak tega melihat kematian-terbalik dengan gelarnya.

Tak terasa, air mata pria muda itu menetes.
Dirinya sangat merindukan sosok jelita putri Tuan dan Nyonya yang di abdinya.

"Thanatos." Sebuah suara menembus gendang telinganya. Pemuda berambut keabuan itu menyudahi permainan harpanya dan menoleh ke suara itu.

Sosok pria agung dengan rambut hitam legam dan mata seindah batu emerald berjubah indah berjalan dan tersenyum pada pria muda itu.

"Tuan..ku Hades." kata sang pemilik harpa-Thanatos mengenali sosok agung itu.

"Sedang apa kau disini, anakku?" tanya penguasa dunia bawah itu. Thanatos menunduk, tak ingin berbicara jujur pada Tuan-nya yang mengangkatnya.

"Ah, tidak apa kalau kau tidak mau cerita. Tapi, hari ini adalah hari 'itu'. Apa kau tidak mau menemui'nya'?" Hades bertanya

Thanatos menggeleng.
"Saya akan tambah menderita melihat sosok cantik'nya' yang tertidur itu."

"Tapi, kau pasti lebih menderita karena rasa rindu yang hebat pada putriku."
Thanatos terkejut akan kata-kata Tuannya yang memang mengena pada kesedihannya.

"Jadi, tunggu apalagi? Hapus air matamu, dan temui putriku. Mumpung Zagreus dan Melinoe sedang mengunjungi neneknya." Hades tersenyum bijak pada putra angkatnya.

Thanatos membalas senyuman suami dari Persephone itu. Dirinya bangkit dari posisinya dan berlari pelan melewati Hades yang masih berdiri tegak.

"Pergi, temui Macaria yang mencintaimu." Sepatah kata kebenaran yang tak di ketahui Thanatos diucapkan ayah dari putri yang mencintai Dewa kematian itu.

~o~

Dengan sekuntum mawar putih di tangannya, Thanatos berjalan menuju sebuah peti yang terletak di tengah-tengah taman dekat sungai Styx.

"Maaf saya terlambat, Nona." kata Thanatos pada sosok yang terbaring di dalam peti kaca itu.

Sosok gadis yang secantik ratu dunia bawah.
Sosok yang membawa berkah pada setiap kematian, walau gadis cantik itu membencinya.

"Sudah hampir setahun, sejak anda 'tidur'. Apa anda tidak bosan berbaring terus?"
Pertanyaan Thanatos tentu saja tidak terjawab.

"Nona Macaria." Thanatos membuka kaca peti Nonanya dan menaruh mawar yang warnanya kontras dengan mawar hitam sebagai alas tidur gadis cantik itu.

Mata Dewa kematian tampan itu kembali memanas. Rasanya air matanya akan tumpah lagi.

"Apa ini semua... salah hamba yang menceritakan kebenaran kematian? Kenapa anda yang meminta... Hypnos membuat anda tidur seperti ini, bukannya...hamba?!" Thanatos memegang tangan langsing gadis yang dicintainya.

Tak terasa, air mata mengaliri pipinya. Rambut keabuannya jatuh ke bahunya. Bibir bagian bawahnya tergigit.

Menyesal.

"Nona Macaria, saya mencintaimu."
Di tengah isakannya, kata pengakuannya yang belum sempat terucap keluar.

Tanpa disadari, seekor kupu-kupu putih mendarat di bahunya.
Sayapnya membelai lembut pipinya.

Thanatos, yang memang menyukai kupu-kupu tersenyum pada kupu-kupu cantik itu.

"Apa mungkin...kupu-kupu ini adalah jawabanmu, Nona?"

Kupu-kupu itu membelai pipi pria muda berambut keabuan itu, membuat Thanatos tersenyum bahagia.

"Terima kasih." Thanatos lalu mencium punggung tangan Macaria lembut.

"Semoga berkah kematianmu melekat padaku, Tuan putri-ku tercinta."

oOo

A/N: Kyaaa~ akhirnya jadi juga ThanatosMacaria romance~!
Saya sangat bahagia fic ini selesai, walau sempat bermasalah sama opmin bego~!
Hades, Thanatos dan Macaria punya mitologi Yunani, tapi sosok Hades dan Thanatos dari Saint Seiya dan Saint Seiya: The Lost Canvas.
Sosok Macaria di otak saya! :3, XD


"For Lady Macaria whom i loved. Macaria.." Thanatos-edited

Kamis, 06 Mei 2010

Not the Last but the Beginning

A/N: 'Mati.'
Alasan itulah yang membuat saya menyukai Thanatos/Mors, Hades/Pluto, Osiris bahkan malaikat Izrail (?) yang berhubungan dengan kematian.
Inilah fic dambaan saya.

For Thanatos,

Death--XIII. It wasn't the end, but the beginning for new 'creature'.



oOo
*Not the Last but the Beginning

Thanatos
Rated T

oOo

Thanatos POV

...Akulah kematian.
Akulah salah satu dari takdir yang PASTI akan di alami kalian.
Akulah yang kalian bilang akhir dari segalanya.

...Akulah dalang dari tangisan kalian.
Akulah yang mencabut nyawa kalian mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.

...Akulah 'hantu' yang selalu menyertai kalian.
Akulah yang membuat mereka berpikir "Tidak punya jalan lagi" selain aku.

~o~

Ya, aku yang menyebabkan orang-orang memotong urat nadinya dengan benda tajam itu.
Aku yang membuat orang-orang menggantung lehernya dengan tambang itu.
Aku yang membuat mata pisau dan peluru menembus organ orang-orang itu sampai cairan merah kental itu keluar dan memendam tubuh mereka.

~o~

Aku di ibaratkan seperti kupu-kupu.
Sayap yang indah, terbalik dengan tubuh yang mengerikan.
Aku seperti itu.

Aku mengerikan, namun juga indah--dalam arti yang hanya dapat di mengerti oleh mereka yang paham betul akanku.
Aku pun selalu menganggap diriku 'indah'.
'Kematian itu indah'
Itulah prinsipku.

Walau banyak yang berusaha menghindariku, aku akan selalu mengejarnya.
Karena akulah kematian.

End of Thanatos POV

oOo

'Kematian itu indah', sebenarnya quote favorit saya.
Silahkan menganggap saya sinting atau psikopat menyukai kematian.

Thanatos milik mitologi Yunani, tapi sosoknya dari Saint Seiya dan Saint Seiya: The Lost Canvas milik Kurumada-sensei dan Teshirogi-sensei.

Hanya Karena Musik

Hanya karena musik, hati dan pikiran saya merasa tenang.
Hanya karena musik, kaki dan tangan bergerak tanpa sadar.
Hanya karena musik, saya tidak merasa sendiri.
Hanya karena musik, ekspresi dan emosi negatif saya menjadi kacau--kadang sedih, kadang senang, kadang marah dan lain-lain.
Hanya karena musik, saya terhanyut oleh irama dan melodinya.
Hanya karena musik, perasaan saya tidak ingin di ganggu.
Hanya karena musik, mata saya bisa menjadi kosong.
Hanya karena musik, saya bisa tersenyum bahagia walau yang memainkannya bukan orang yang saya senangi atau sayangi.
Dan karena musik itu sendiri, saya bisa jatuh cinta. :)

Song

counter