Kamis, 11 Maret 2010

Papa Mama

Bleach © Tite Kubo
Papa, Mama © Rizu Auxe09
Warning: AU, maybe OOC? First Fic.
Chara: Sougyo no Kotowari-centric
Chapter 1’s summary: “Sougy-chan, di mana papa dan mama?”—Koto-chan

~~~~~0000~~~~~
Papa, Mama
Chapter 1: Two Boys

Desa Rukongai, sebuah desa kecil yang terletak di jarak yang lumayan jauh dengan Seireitei. Walau keadaan desanya sangat kumuh dan sebagian besar di huni oleh penduduk yang tidak mampu, kehidupannya tetap terjamin karena hubungan sosialisasi antar penduduk yang berjalan baik. Desa Rukongai juga adalah desa yang aman, dan tentram bahkan tenang. Tidak ada keributan yang terlalu berlebihan, sampai…
Klontang! Klontang, gussraakkk! Sebuah panci yang menggantung di papan kayu yang hampir habis di makan rayap jatuh tiba-tiba di ikuti arah menukik yang mulus dari sepasang kaki kecil dari dua bocah berpakaian lusuh.
“Hei kalian kembali!!!” Seorang pria tua berjenggot dengan hakama sederhana mengejar dua bocah yang kini berlari.
“Koto-chan, ayo cepat!” Anak laki-laki yang berlari di depan memberi tahu bocah yang berlari di belakangnya. Nampaknya, ia sudah tahu pria tua dengan tampang beringas pemilik toko buah akan mengejar dua bocah berambut abu-abu itu. Terbukti dengan dua kantung apel yang masing-masing mereka bawa.
“ Maaf paman, kami ngutang lagi ya!!!” Tak mengindahkan peringatan kembarannya, bocah bernama Koto-chan malah sempat-sempatnya menengok ke belakang dan berteriak pada pria tua yang masih keukeuh mengejar dua bocah yang jelas-jelas lebih cepat.
“Tunggu, dasar anak-anak nakal!!”, dengan semangat membara dan aura menyeramkan di sekitar tubuhnya, pria tua yang merasa rugi setelah saudara kembar itu mengambil beberapa jumlah apel yang bisa di bilang cukup banyak mempercepat laju larinya—bertolak belakang dengan fisiknya yang rentan itu. Alhasil, walau se-membara apapun semangat menangkap dua ‘maling’ clik itu bukannya jaraknya makin memendek, malah sebaliknya. Mengetahuinya, Koto-chan kembali memutar kepalanya ke depan.
“Sougy-chan, paman ringo itu sudah capek mengejar kita, tuh!” serunya diiringi tawa kecil. Sougy-chan melirik sedikit ke arah adiknya.
“Kalau begitu, ayo kita ke persembunyian!” ajak Sougy-chan sambil memimpin saudara kembarnya. Mereka lalu berlari sepanjang jalan dengan gelak tawa yang selalu mengiringi langkah mereka.
Ada-ada saja keributan yang selalu di buat Sougy dan Koto di tengah-tengah ketenangan desa Rukongai melakukan aktifitas pagi harinya. Awalnya, Sougy dan adiknya memang sering datang ke toko apel itu hanya untuk membeli beberapa buah apel untuk makanan kesehariannya. Dan sebelumnya, pria tua yang lalu mereka panggil paman ringo itu selalu ramah pada si kembar. Mungkin karena sebelumnya, Sougy dan Koto dapat membayar apel-apel yang mereka beli. Akan tetapi, karena keseringan membeli, uang mereka habis dan tak jarang Sougy dan Koto mulai mengambil apel diam-diam, alias mencuri dari paman ringo. Tentu saja uap kemarahan keluar dari pria tua itu dan mengejar dua saudara itu sudah mendarah daging mengetahui dua bocah bermata hijau daun itu mengambil apel tanpa membayar.
“Huuf~, capek..” Koto-chan duduk bersandar terlebih dahulu pada dinding sebuah rumah yang sudah tak bertuan lagi. Di luruskannya sepasang kaki yang sudah bekerja keras mengantarnya ke tempat persembunyiannya. Sougy pun mengikuti sang adik sambil memeriksa apel-apel yang sempat terombang-ambing ketika ia berlari. Sougy melihat Koto yang langsung memakan apel curian mereka.
“Koto-chan, mandi dulu sana!” suruh Sougy dengan naluri kakaknya pada Koto yang menggigiti apel di tangannya.
“..wentar..ragi, Ogi-chan..” kata Koto di tengah-tengah kunyahannya. Mendengarnya, Sougy memincingkan mata hijaunya. Berharap dengan ancamannya itu, adiknya mau menurutinya. Tapi, Koto mengambil alternatif—memalingkan wajahnya dan melanjutkan gigitannya. Sougy cemberut melihat sang adik tak lagi terpengaruh dengan picingan matanya seperti sebelumnya.
“Ya sudahlah, aku saja yang mandi dulu.” Sougy terpaksa mengalah. Perlahan, ia berdiri dan berjalan ke bagian belakang rumah itu. Tanpa handuk di bahunya, si sulung melangkah masuk ke kamar mandi berpintu kayu lapuk yang gelap, tanpa penerangan. Tanpa sabun, ia membasuh badan kecilnya dengan air yang tidak bisa dibilang sangat bersih, tapi sangat menyegarkan badannya dan mengusir debu dan kuman-kuman yang menempel bandel di badannya.
~~~~~0000~~~~~
Sougy dan Koto adalah saudara kembar yang ceria. Mereka selalu tertawa sambil berbuat usil pada orang lain. Orang-orang yang di buat jengkel pada dua bersaudara itu tak jarang menjauhi mereka. Namun bagi sebagian orang yang lain, mereka memahami perbuatan iseng mereka untuk menyembunyikan penderitaan mereka. Sougy yang bernama aslikan Sougyo dan adiknya, Kotowari kini hanya sebatang kara. Kedua orang tuanya di ketahui tewas dalam kebakaran hebat lima tahun silam yang melalap habis kediaman dan harta mereka. Katen Kyokotsu, wanita yang mengabdi pada keluarga itu berhasil menyelamatkan dua bocah malang yang masih bayi itu lalu membawa mereka ke Rukongai untuk di asuh. Namun setelah beberapa tahun merawat dua bocah itu, Katen meninggal karena suatu penyakit. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Katen sempat meninggalkan sebuah alamat yang berletak di Seireitei untuk Sougy dan Koto. Tapi namanya juga anak-anak yang masih sangat kecil, mereka tidak tahu alamat itu yang juga tak di ketahui tuan rumahnya itu.
“Hayo, bengong lagi!” Koto mengejutkan kakaknya yang hanya duduk bersandar memandangi secarik kertas yang ditinggalkan Katen. Lantas, Sougy di buatnya kesal karena kejutan dari adiknya.
“Ah, kamu! Jangan buat aku hampir jantungan lagi!” Koto malah terkekeh-kekeh mendengar kekesalan kakaknya.
“Maaf, Sougy-chan..” Koto lalu memilih duduk di sebelah kakaknya yang memandanginya. Koto pun memberanikan diri melirik kertas di tangan Sougy.
“…Sougy-chan masih memikirkan kata-kata bibi Katen ya?” Sougy terdiam sejenak lalu mengangguk.
“Aku penasaran.. siapa kenalan bibi Katen di Seiretei ya?”
“Aku juga penasaran, Sougy-chan” Koto ikut mengiyakan. Baik Sougy dan Koto tidak lagi membuka mulut kecilnya. Membiarkan suara derap kaki-kaki tikus yang kecil berderik di sela-sela atap dan langit-langit rumah tua itu. Membiarkan suara pancingan yang di buat para cicak untuk menarik santapannya terdengar oleh para nyamuk dan serangga kecil.
“Sougy-chan..” panggil Koto memotong kebahagiaan para tikus dan cicak. Sougy menoleh ke arah anak yang fisiknya serupa dengannya.
“Sougy-chan tahu di mana papa dan mama? Kamu kan kakakku, dan kata bibi Katen seorang kakak pasti tahu segala hal dari adiknya.” Mendengar kata-kata Koto yang lugu, Sougy hanya dapat menggelng pelan.
“Tapi untuk hal itu, aku juga tidak tahu, Koto-chan. Kata bibi Katen, papa dan mama sudah tiada ‘kan? Jadi kita hanya bisa percaya kata bibi Katen sambil medoakan bibi Katen, papa dan mama ya” Sougy menasihati adiknya walau hatinya perih mengingat masa lalu yang di alaminya bersama Koto tanpa orang tua. Koto memandangi wajah kakaknya dalam. Wajah yang bagaikan bayangan cermin itu menunjukkan emosinya yang sebagian besar di liputi kesedihan yang bahkan tidak diketahui olehnya.
“Sou..gy-chan..” Koto hanya dapat melihat kakak kembarnya karena ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa.
“..Ah sudahlah, Koto-chan. Sekarang jangan pikir macam-macam lagi, ya. Kita ‘kan sudah besar. Kita enggak boleh terus sedih begini.” Sougy menasihati adiknya tanpa memperdulikan kesedihannya sendiri. Bahkan, ia menyunggingkan senyumannya. Koto-chan malah mulai sesenggukan mendengar nasihat kakaknya yang bertolak belakang dengan perasaannya, juga senyum palsunya.
“Koto-chan?”
“Kenapa…Sougy-chan..malah tersenyum…? Sougy-chan..enggak per..nah ma..u ju..jur..kalau Sougy-chan..sedih..” kata Koto polos. Sougy hanya tersenyum kecut mendengar pernyataan Kotowari yang sekaligus membuka kedoknya.
“Kalau Sougy-chan sedih, Koto-chan nanti ikutan sedih ‘kan?... Lagipula, sebagai seorang kakak… Aku…tak bisa melihat adikku menangis gara-gara aku..”
“Tapi, Koto-chan juga enggak mau lihat Sougy-chan sedih!!” Sesenggukan Koto makin menjadi-jadi. Bocah berumur 6 tahun itu lalu meneteskan air matanya. Sougy menggigit bibir bagian bawahnya, berusaha meredam air matanya yang menggantung di ujung matanya.
“Sudah..lah, Koto-chan.. Sougy-chan janji nggak…akan sedih lagi, kok.” Sougy lalu memeluk adiknya yang menangis menjadi-jadi. Dan tak mungkin, Kotowari bisa mendengar kata-kata hiburan Sougyo di tengah-tengah tangisan anak kecil itu.
Dua anak kecil yang hidup sebatang kara tanpa orang tua maupun kerabat
Di paksa menjalani kehidupan yang cukup kejam di luar sana
Tentu mereka pasti akan selalu menangis menjalani kehidupan tanpa keluarga yang mendukungnya
Tapi, entah kenapa gelak tawa yang menjadi perisai mereka
Menjadi selimut yang menyembunyikan kesedihan dan penderitaan mereka
Dan mereka hanya bisa berharap
Papa dan Mama di Surga mengawasi dan selalu menyertai mereka
End Chapter 1
~~~~~0000~~~~~

Minggu, 07 Maret 2010

Tinierme

Ciakakak, kembali dengan Rizu di 'rizu no nikki'.
Maaf sebelumnya Rizu jarang nge-blogging karena banyak masalah, ngurusin Fanfic dan lagi fokus nyari gambar plus fanart (?).
Oke, topik kali ini adalah Tinierme. Yak, mungkin beberapa dari kalian tidak tahu tentang web ini.
Yuk, mari mulai saja.

Tinierme adalah jaringan komunikasi. Uniknya, kita bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan avatar sambil berkeliling kota Tinierme. Ya, pada dasarnya memang seperti game RPG RO a.k.a Ragnarok Online dan teman-temannya.
Avatar kita pun bisa di desain sesuai selera.
Dan di sini ada beberapa contoh avatar yang menurutku desainnya keren



Di atas buat yang cowok, yang ceweknya



(P.S: Kepada pemilik avatar, saya pinjam sebagai model ya~)
Bagaimana? Keren teu?

Selain berkomunikasi, kita juga bisa bermain di Tinierme, walau masih 3-4 permainan.
Dan oh, ya. Rizu juga sudah menjadi bagian dari Tinierme lho!
Inilah avatar Rizu:

1.
Identitas:
Name: Shion Rizu
Gender: Perempuan
Personality: Cerewet, tomboi, suka pakai jubah walau bakal kegerahan. Kalau rambutnya panjang, pasti langsung di potong. Deket sama cowok, tapi ujung-ujungnya malah jadi sahabat, dan gak pernah jatuh cinta sama tu cowok. Kecuali sama satu cowok.

2.
Identitas:
Name: Shion Lant
Gender: Laki-laki
Personality: Kalem, tapi punya dark side. Umumnya di gandrungi cewek, cuma fokus nge'benerin' Neesan-nya, Rizu. Umurnya sebenarnya lebih tua dari Rizu, tapi tetep aja ngeyel manggil Rizu neesan.

3.
Identitas:
Name: Sheryl Auxe
Gender: Perempuan
Personality: Tegas, tapi baik hati. Sepupu Lant sama Rizu. Paling normal daripada Rizu yang hiper, dan Lant yang berkepribadian ganda.

Yak, itulah perkenalan tiga (?!) avatar-ku dan penjelasan singkat Tinierme dariku.
Kalau tertarik, hubungi Rizu, ya. Supaya Rizu bisa invite.
P.S: Kalau mau registrasi, lebih baik di invite. Karena apa? Melalui invite friends, orang yang invite dan di-invite akan mendapat tambahan 200 Chibi coins. Tapi kalo mau registrasi tanpa invitan, Chibi coins kalian tetep 300 (sebagai balasan registrasi).
Tapi, kalau di invite, Chibi-coins kalian:
300 + 200 = 500 Chibi coins!
So, tunggu apa lagi?

let's join and be part of Tinierme to develop your own character/avatar! :D

Song

counter